Kerap kali kita bertanya mengapa Indonesia tetap ngotot melaksanakan ujian nasional yang terbukti gagal mengevaluasi siswa didik. 5 Negara dengan GPA (Nilai rata-rata) tertinggi juga ternyata tidak melakukan ujian nasional. Di Indonesia, murid diternak oleh pawang monyet. Setiap murid memiliki keunikan masing-masing namun pawang monyet hanya tahu cara mendidik monyet. Semua murid diujiankan memanjat dengan alasan agar adil walaupun ada muridnya yang seekor ikan ataupun rusa.
Biarpun demikian, murid Indonesia hanya bisa turut menjalani sebagai korban proyek tiada henti. Mendikbud periode lalu sempat dikritik, hasilnya malah mendikbud tak percaya kalau beliau dikritik siswa SMA. Aneh memang Pendidikan Indonesia ini. Lain dari hal itu, dalam menghadapi UN ini ternyata banyak jenis-jenis pesertanya.
Berikut jenis-jenis peserta UN:
- PasrahBagai peribahasa “Ada gula ada semut”, Pelajar ini tidak memiliki pendirian teguh. Apalagi sekarang ini Ujian Nasional tidak lagi menentukan kelulusan siswa. Pelajar seperti ini biasanya akan berakhir menjadi pengusaha yang handal (re: Goblok – Bob Sadino).
- RelijiusTiada hal yang mustahil, hanya Tuhan yang tahu. Pelajar jenis ini adalah pelajar yang kadang hanya relijius ketika mendekati ujian. Bila sebelumnya mereka urakan, H-1 ujian mereka akan tiba-tiba rajin Ibadah. Pelajar jenis ini masih lebih baik dari pasrah karena setidaknya mereka ada usaha yaitu berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa. (Bila anda ingin memahami lebih lanjut perihal cara ibadah seperti diatas, silahkan kunjungi https://mhuseinali.wordpress.com/2014/02/04/agama-seorang-pedagang/ )
- RajinRajin pangkal pandai adalah semboyan utama peserta UN jenis ini. Biasanya mereka rajin belajar hanya karena ujian sudah dekat. Jenis peserta ujian nasional paling mainstream ini adalah korban pertama sistem pendidikan pawang monyet. Bila mereka adalah perenang handal seperti ikan, mereka akan dipersaingkan dengan monyet dan binatang lainnya untuk lomba memanjat. Bersabarlah, seperti kata The Beatles “Let it be”. Kita semua pernah merasakannya.
- TaatPelajar jenis ini mirip dengan pelajar relijius. Tiba-tiba mereka taat pada orangtua agar doa orangtua manjur. Sebelum berangkat terkadang selain cium tangan mereka juga cium pipi, kening, hidung, sampai kaki ibu (Berharap surga merestui). Doa ibu memang manjur, tapi tak ada gunanya bila anak tidak berusaha.
- GalauPelajar jenis ini biasanya adalah korban pemutusan serentak dengan alasan “Aku mau fokus UN”. Hidup segan mati tak mau. Tugasnya sebagai murid hanyalah pacaran. Ke sekolah niatnya hanya absen, dapet ijazah, dan pacaran. Banyak gaya berusaha memahami wanita, namun tak mampu memahami pelajaran.
- Pengguna kunci jawabanMenjelang ujian nasional, biasanya mereka mencari koneksi kepada “orang dalam” untuk mendapatkan kunci jawaban. Peserta ujian yang satu ini adalah calon-calon Gayus Tambunan. Jujur urusan nanti. Memang sistem pendidikan yang hanya mengapresiasi hasil, bukan proses menjadi salah satu faktor kuat penyebab adanya pelajar seperti ini. Namun, tetap saja hal itu tak bisa menjadi pembenaran tindakan korup di atas.
- AlaySetelah lulus, pelajar ini mengalami euforia. Kesenangan berlebih terhadap suatu hal. Alay. Alangkah jauh lebih baik bila seragamnya disumbangkan kepada orang yang kurang mampu. Mubazir bila hanya dicorat-coret karena pada akhirnya akan dibuang. Tapi dilihat dari gambar diatas, terlihat memang sepertinya asik membantu mencoret-coret seragam orang, terutama di dada.
Memang dasarnya pendidikan kita selama ini salah kaprah. Walau demikian, tugas pelajar adalah belajar. Maka belajarlah! Seperti kata Hitler “Go to the top, change the rule!” Jadilah pemimpin masa depan kelak agar kau bisa benahi ujian nasional dengan tindakan, tidak hanya kritikan.
Selamat Melaksanakan Ujian Nasional. Semoga Sukses Selalu! (^)
0 Comments