Waspada pada Ibu-ibu Bermotor Matic di Jalan Raya!


543

ibu motor matic tol

Sungguh berat cobaan berkendara di jalan raya kota besar Indonesia. Tak hanya begal, jambret, geng motor, dan polisi lalu lintas, kini pengguna jalan raya harus mewaspadai kehadiran ibu-ibu bermotor matic.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Banyak faktor yang menjadi penyebab fenomena ibu-ibu bermotor matic ikut meramaikan jalan raya, antara lain:

  1. Kredit motor semakin mudah dan murah. Pemerintah lebih memilih membiarkan penjualan kendaraan pribadi menggila daripada berinvestasi di transportasi massal.
  2. Motor matic sangat mudah dioperasikan, tinggal starter dan gas. Tidak seperti motor gigi apalagi kopling yang pasti membuat ibu-ibu bingung.
  3. Kontrol aparat lalu lintas yang tidak mumpuni. Pelanggar lalu lintas justru disukai oknum (yang kabarnya mayoritas) polisi untuk menarik titipan uang tilang yang tidak sesuai prosedur hukum. Apalagi jamak terjadi praktek “SIM tembak” sehingga pengendara yang tidak mengerti aturan lalu lintas bisa ikut meluncur dengan kendaraannya.
  4. Suami yang tak kuasa melarang istrinya berkendara tanpa pengetahuan yang memadai.
  5. Tidak ada yang lebih berkuasa ketimbang ibu-ibu.

Atas fenomena sosial seperti yang disebutkan di atas, terciptalah kelompok ibu-ibu bermotor matic yang punya ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Tidak menggunakan helm sebagaimana mestinya
    Ibu-ibu bermotor matic seringkali tidak mengenakan helm. Beberapa yang lain memasang kaitan tali dan mengalungkannya di siku untuk melindungi salah satu persendian manusia yang sangat penting. Ada juga yang memasang helm di kepala, namun dipakai menggantung dan terkesan untuk melindungi cepol jilbab ataupun sanggul cantik mereka.
    .
  2. Berkendara lambat di jalur cepat
    Motor yang pada umumnya bergerak lebih lambat punya jalur tersendiri di sisi kiri jalan dan kendaraan roda empat di kanan jalan. Daripada berdempet-dempetan di jalur kiri bersama pengendara motor lain, ibu-ibu bermotor matic lebih suka mengambil ruang yang lebih lengang dan membuat pengendara mobil berlatih menahan sabar.
    .
  3. Manuver tak terprediksi
    Lampu sein kanan sudah dinyalakan sejak tiga gang sebelumnya dan ternyata belok kiri, mendadak banting stang berpindah jalur dari ujung ke ujung lain di jalur satu arah, jika disalip dia mendadak oleng, dan lain sebagainya. Persis ungkapan “hati wanita tak tertebak”, tak ada yang tahu persis apa reaksi ibu-ibu bermotor matic menghadapi situasi jalan raya, bahkan dirinya sendiri.
    .
  4. Berbelok sambil turunkan kaki
    Jangan berharap pose yang terjadi seperti pebalap profesional dengan lutut hampir menempel aspal, melainkan upaya penyeimbang stang yang mulai bergoyang-goyang tak terkendali.
    .
  5. Marah-marah
    Diklakson marah. Disalip marah. Menabrak, dia yang marah. Marahnya menunjukkan bahwa dia yang benar. Jika ada anggapan perempuan tidak pernah salah, ternyata perempuan itu bisa salah di mata ibu-ibu bermotor matic.

Apa yang harus dilakukan agar kita tidak berurusan dengan ibu-ibu bermotor matic? Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan agar terhindar dari pengalaman traumatis di jalan raya:

  1. Identifikasi ibu-ibu bermotor matic
    Analisa pengendara lain di sekitar dan kenali jika terdapat ibu-ibu bermotor matic. Ini adalah kecakapan berkendara terpenting sebelum penguasaan tata tertib lalu lintas seperti tidak boleh berpindah jalur jika marka jalan garis lurus tidak terputus dan zebra cross adalah untuk penyeberang jalan, bukan tempat kendaraan menunggu lampu merah.
    .
  2. Jaga jarak dengan ibu-ibu bermotor matic
    Tidak ada yang bisa dilakukan menghadapi ibu-ibu bermotor matic. Jangankan pejalan kaki, polisi tidur saja mengalah dan menepi. Buat jaga jarak aman agar tidak terkena dampak dari manuver tak terprediksi ibu-ibu bermotor matic. Jarak minimal yang disarankan adalah 10 mete.. maksud kami 10 kilometer.
    .
  3. Jangan beli motor matic
    Tanpa keberadaan motor matic di garasi, anda bisa terhindar dari ibu-ibu bermotor matic yang berada di rumah!
    .
  4. Naik kendaraan umum
    Cukup duduk manis menanti sampai tujuan. Biarkan supir yang menghadapi ibu-ibu bermotor matic. Bayangkan jika semua orang menggunakan kendaraan umum dan bisa santai memandangi para ibu-ibu bermotor matic saling bermanuver tak tertebak dan saling marah-memarahi. Sungguh pemandangan yang tak terlukiskan.

Tak hanya ibu-ibu bermotor matic, tapi seluruh pengguna jalan raya diharapkan memiliki kemampuan berkendara, wawasan berlalulintas yang mumpuni, dan sikap toleransi agar jalan raya tidak jadi lahan dosa dan orkestra klakson yang menyakitkan telinga. Mari kita mulai dari diri sendiri, ibu sendiri, adik sendiri yang masih alay, dan tak lupa mengawasi para aparat lalu lintas yang semangat menanti para pelanggar aturan. Pemerintah sebagai pengambil keputusan pun diharapkan segera serius membenahi transportasi massal nyaman dan terintegrasi. Sebelum semakin serius, mari disudahi saja tulisan ini.


Like it? Share with your friends!

543
uttha

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  1. Ping-balik: The Tre' Uno